Kamis, 18 Juni 2009

Akhlaq Mencari Rezeki

Allah SWT telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Tiada suatu binatang melatapun yang tidak mendapat jaminan rezeki dari-Nya (QS. Huud [11]: 6). Manusia pun telah dijamin rezekinya oleh Allah SWT asal ia mau berusaha, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mau merubahnya sendiri.

Banyak sekali ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi Saw yang selalu mendorong agar manusia memiliki semangat dalam mencari karunia (rezeki) Allah SWT itu. Alah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-A’raf [7]: 10).

Pada suatu ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk dengan para sahabat, tiba-tiba tampaklah di sana seseorang yang masih muda yang amat kuat dan tubuhnya kekar. Pagi-pagi ia telah berangkat bekerja dengan penuh semangat. Para sahabat berkata, “Kasihan sekali pemuda ini, andaikata usianya yang masih muda dan tenaga yang masih kuat itu dia pergunakan untuk berjuang fi sabilillah, alangkahbaiknya“.

Mendengar ucapan sahabat itu, Rasulullah lantas berkata, “Janganlah kamu berkata seperti itu, sebab orang itu kalau keluarnya tadi dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di jalan Allah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar ia tidak sampai meminta-meminta pada orang lain, itu pun dijalan Allah. Tetapi apabila ia bekerja karena untuk berpamer atau untuk bermegah-megah, maka itulah fi sabilisysyaithan atau karena kamu mengikut jalan syaitan.” (HR. Thabrani).

Sebagaimana hadits di atas menguraikan dan tampak bahwa mencari rezeki itu ada yang termasuk kategori fisabilillah ada juga yang fisabilisysyaithan. Kedua jalan itu jelas bertentangan. Jalan yang pertama jelas membuahkan keberkahan dan kebahagiaan. Sedang jalan kedua akan membuahkan kecelakaan dan kesengsaraan.

Tetapi namanya manusia, terkadang ia terbius dan tergila-gila dengan keindahan materi dunia, sehingga ia memilih jalan syaithan. Sebab menurutnya melalui jalan Allah (jalan yang lurus) tidak akan mendapatkan materi yang banyak. Maka dilaluilah jalan syaithan, yakni segala cara ditempuhnya dengan tidak mempertimbangkan halal atau haram.

Sebagai orang yang beriman haruslah kita yakin bahwa hanya dengan melalui jalan yang benar sajalah akan didapat rezeki yang berkah. Hal ini seperti ditegaskan Allah SWT dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman kepada para malaikat yang diserahi tugas urusan rezeki Bani Adam, “hamba mana pun yang kalian dapati yang cita-citanya hanya satu (yaitu semata-mata untuk akhirat, jaminlah rezekinya di langit dan di bumi. Dan hamba manapun yang kalian dapati mencari rezeki dengan jujur karena berhati-hati mencari keadilan, berilah ia rezeki yang baik dan mudahkanlah baginya. Dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah dia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang telah Aku tetapkan untuknya“. (HR. Abu Naim dari Abu Hurairah).

Maka dari itu hendaknya kita mencari rezeki harus mengikuti akhlak yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Yaitu:
Niat yang Benar

Rasulullah Saw bersabda, “Seluruh amal tergantung pada niatnya“. Sebagai seorang muslim dalam melakukan seluruh aktifitas termasuk mencari rezeki hendaknya secara ikhlas, yakni semata-mata karena Allah SWT. Harus disadari bahwa yang dilihat oleh Allah SWT adalah bagaimana kita melakukan aktifitas mencari rezeki, bukan seberapa banyak rezeki yang kita dapat dari suatu aktifitas yang kita lakukan.
Tidak Menzhalimi

Seorang muslim yang niatnya benar, yaitu karena dan untuk Allah SWT, maka ia pantang bekerja dengan menzhalimi orang lain. Betapa banyak orang yang tega menohok teman karena persaingan bisnis.

Banyak orang rela pergi ke dukun (dan sejenisnya) hanya untuk mengalahkan saingannya. Banyak orang yang dengan tega memungut dan memeras bawahanyang lemah tanpa alasan yang jelas. Demikian adajuga orang yang mengharuskan orang lain untuk memberikan uang pelicin (suap) agar ia dapat diterima kerja atau agar masalahnya cepat selesai dan lain-lain.
Bersyukur

Setelah rezeki (harta benda) ada ditangan, seseorang harus yakin bahwa semuanya itu hanyalah semata-mata anugerah Allah SWT, bahkan hakekatnya itu semua hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan ia hanya dititipi saja. Maka dari itu ia wajib bersyukur, yaitu dengan mengakui bahwa semua itu adalah dari-Nya dan milik-Nya, dan tugasnya adalah mendayagunakan rezeki-rezeki tersebut untuk tujuan-tujuan usaha yang diridhai Allah SWT. Termasuk diantaranya berbagi kepada sesama, khususnya kepada orang-orang yang diwajibkan kepada pemilik rezeki untuk mengeluarkan sebagian rezekinya untuk mereka.

Sumber : Buletin Mimbar Jum’at, No. 05 Thn. XXIII - 30 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar