Kamis, 18 Juni 2009

Syarat-Syarat Agar Ibadat diterima Allah SWT.

Menurut Ibnu Taymiyyah ada dua syarat agar ibadat diterima oleh Allah swt. dan diridhai-Nya :

1. Niat Yang Ikhlas.

2. Ittiba’(sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul)



1. Niat Yang Ikhlas.

Ibnu Taymiyah menekankan bahwa syarat yang paling utama agar setiap ibadat diterima Allah swt. adalah:

“ Niat yang ikhlas, hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT, saja dalam beribadat ”, kerana ibadat itu bukan hanya bentuk teknis yang lahir tanpa roh, roh ibadat itu adalah ikhlas. Apabila hati tidak ikut aktif dalam ibadat, dan tidak ikhlas kerana Allah, hanya bentuk lahir yang kosong dari roh, maka Allah akan menolak ibadat tersebut. (Ibnu.Taymiyah 1981.41).

Niat adalah sesuatu yang disembunyikan manusia dalam hatinya; jika yang disembunyikannya dalam hati itu adalah mengharapkan keredaan Allah Yang Maha Tinggi, maka dia akan mendapatkan pahala daripada Allah SWT, Jika yang disembunyikannya dalam hati itu adalah keinginan agar dilihat manusia, maka tidak dianggap sebagai niat yang ikhlas, dan dia akan mendapatkan hukuman daripada Allah swt. sebagaimana firman Allah SWT :

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ(4)الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ(5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ(6)

(سورة الماعون)

4.Maka celakalah orang-orang yang shalat;

5.Yaitu mereka yang lalai dari menyempurnakan shalatya,

6.Juga bagi orang-orang yang ria dalam dalam ibadatnya.(QS. 107:5-6)

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلآ قَلِيلا(142)

Sesungguhnya orang orang munafiq itu menipu Allah, danAllah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka sebetulnya ria dengan shalatnya dihadapan manusia. dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit. (QS.3:142)

Niat yang ikhlas, semata mata mengharapkan keridhaan Allah merupakan motifasi yang menggerakkan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah SWT, sesuai dengan perintah-Nya:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (البينة 5)

Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya beribadat kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan agama dengan lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS.Al-Bayyinah 98: 5).

قُلْ إِنَّ صَلآتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(162)لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ(163)

162. Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk (mengharapkan keredhaan) Allah, Rabb (Tuhan) alam semesta

163. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS.Al-An’am: 162-163).



2. Ittiba’(Sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul saw.).

Syarat yang kedua agar ibadah diterima Allah SWT, adalah : ” Sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul SAW ”, dengan arti kata semua amal ibadah hendaklah dikerjakan sesuai dengan yang dicontohkan atau diajarkan oleh Rasulullah SAW

عن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد .رواه أحمد ومسلم

Dari Aisyah r.a beliau berkata : Bersabda Rasulullah saw. ” Siapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak sesuai dengan syariat kami, maka amalnya itu akan ditolak ”

(.Ahmad.3:146 & Muslim.Aqdhiah 17.).

Mengatur syari’at ibadat adalah hak Allah dan RasulNya ; kerana itu tidak seorangpun yang berhak membuat syariat selain daripada Allah dan Rasul SAW. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Al -Quran:

شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ ولا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ. (الشورى 13)

Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama sebagaimana telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan dan yang telah Kami wahyukan kepadamu apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS.Asy-Syura 42:13).

Ayat ini menjelaskan bahwa sumber asal daripada syari’at sepanjang zaman untuk semua agama (risalah) hanyalah Allah SWT.

أم لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَولا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. (الشورى 21)



Apakah mereka mempunyai sekutu (tuhan selain Allah) yang mesyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menetapkan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih. (QS.Asy-Syura 42:21)

Ayat ini merupakan bantahan terhadap orang-orang kafir yang telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah swt. untuk membuat syari’at untuk mereka yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT,dan tidak diizinkan Allah SWT. Karena itu maka semua ibadat dalam Islam diwajibkan agar mengambil dan meneladani Rasullullah SAW tanpa menambah, mengurangi, ataupun merobahnya sedikitpun sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

صلوا كما رأيتموني أصلي روا البخارى

Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (Bukhari.Azan 18:631).

خذوا عني منا سككم رواه النسائى

Ambillah oleh mu manasik haji daripada aku.(An-Nasai.Manasik:220).

Rasulullah juga memberikan peringatan kepada orang-orang yang melakukan bid’ah dalam ibadat dan agama:

كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلا لة (رواه أبو داود)

Setiap orang yang mengada-ada dalam agama dan ibadah , adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.(Abu Daud:4583).

ومن أحدث فى أمرنا ما ليس منه فهو رد (رواه أبواداود)

Dan siapa yang meng-ada-adakan dalam urusan agama kami, yang tidak sesuai dengan agama itu, maka dianya ditolak. ( Abu Daud:4582).

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ( مسلم عقيدة 17)

Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak sesuai dengan agama kami, maka amalnya itu ditolak”. (Muslim.Aqdiah: 17). .

Allah SWT menyuruh kita untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh RasulNya, sebagaimana firman Allah SWT :

وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

0 (الحشر 7)

Dan apa saja yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.kepada kamu terimalah serta amalkannlah, dan apa jua yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangannya.(QS.Al-Hasyr.59:7). (Ibn Taymiyah:1981:53)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Allah hanya akan menerima ibadat yang dikerjakan dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan keredaan Allah SWT dan ibadat yang dikerjakan itu hendaklah sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, karena hanya Allah dan RasulNya yang berhak membuat dan menetapkan syari’at untuk hamba-hambaNya. Dengan demikian pula maka siapa yang menerima dan mengamalkan syari’at yang tidak berasal dari Allah SWT berarti dia telah mempersekutukan Allah SWT dalam ibadahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar